√ MUSIBAH DAN PERILAKU MANUSIA - KANG INU



Jumat, 21 Maret 2014

MUSIBAH DAN PERILAKU MANUSIA

Belum lenyap di ingatan masyarakat Jawa tengah hususnya di Solo raya dan Jogjakarta tentang fenomena Letusan dan Erupsi Gunung merapi yang sempat membuat perekonomian dibanyak tempat di berbagai kota tersebut lumpuh, kurang lebih satu bulan yang lalu tepatnya Kamis malam pukul 22.55 terjadi letusan dan Erupsi Gunung Kelud yang secara geografis terletak di perbatasan kota Kediri, Malang dan Blitar.
Letak Geografis yang cukup jauh dari Jawa tengah, membuat masyarakat Jawa tengah tidak merasakannya secara langsung. Tapi, paling tidak saat hal itu berlangsung, di berbagai tempat di Surakarta, Sukoharjo, Gunung kidul dan Klaten masyarakat merasakan dahsyatnya letusan itu karena suaranya betul-betul terdengar jelas sampai membangunkan orang yang tertidur sangat pulas sekalipun.
Tidak berhenti disitu, ternyata cerita masih bersambung. Letusan Gunung Kelud yang menyemburkan lava dan Abu vulkanis disertai bebatuan sampai 17 Kilometer membuat abu Vulkanis menyebar terbawa angin. Pagi hari di hampir semua tempat di Wilayah Sukoharjo, Wonogiri, Sragen dan Blora masyarakat tidak melihat matahari terbit sampai pukul 07.00 karena langit penuh dengan debu yang terus mengguyur sampai siang hari sekitar pukul 10.30 sehingga kegiatan masyarakat pada hari jumat itu praktis hanya di rumah karena tidak memungkinkannya beraktifitas dengan tingginya intensitas abu vulkanis yang turun.
Adzab ataukah ujian?
 Dalam keyakinan agama, suatu hal yang tergolong musibah bisa berarti dua hal, bisa adzab atau bisa juga ujian. Yah, semua tindak tanduk manusia tidak lepas dari pengawasan Sang pencipta Allah SWT. Seringkali manusia lupa akan posisi dirinya yang hanya sebagai makhluk lemah yang mempunyai pencipta yang memberinya aturan-aturan (Agama) hidup, sehingga sangat layak jika mendapat teguran berupa musibah dengan label Adzab. Menarik untuk membaca kembali lirik lagu dengan judul Untuk Kita Renungkan Karangan Ebiet G. Ade ;
Anugerah dan bencana adalah kehendakNya
Kita mesti tabah menjalani
Hanya cambuk kecil agar kita sadar
Adalah Dia di atas segalanya... 
Dengan indah, Ebiet membahasakannya sebagai Cambuk kecil, bukan cambuk besar atau apa yang bersifat menakutkan. Mengingat musibah-musibah yang terjadi sebenarnya masih dalam taraf teguran kecil. Kalimat selanjutnya yang perlu digaris-bawahi adalah agar kita sadar, ya karena memang musibah itu selayaknya cambuk kecil yang bisa menjadi pengingat bagi manusia agar tersadar dari kekhilafannya dan kembali ke jalan yang di ridhai tuhannya. Banyak aturan-aturan dari Tuhan yang sering diterjang entah karena lupa atau karena hal lain. Yah, seringkali manusia tanpa sadar menerjang garis-garisnya, karena luasnya aturan-aturan hidup (agama) yang dibuatnya. Bisa jadi manusia sudah cukup dalam beribadah kepadanya sehingga layak dikatakan sudah memenuhi garis-garis beribadah kepadanya, tetapi ada garis-garis lain yang diterjangnya, semisal tentang garis-garis yang mengatur eksploitasi bumi, air dan udara yang masih buram.
Pengrusakan alam oleh manusia memang sudah menjadi hal yang tidak aneh lagi, bahkan sudah menjadi identitas resmi manusia modern. Apa yang dibutuhkannya, dia ambil tanpa memperhatikan apakah itu akan berakibat buruk untuk orang lain atau tidak. Padahal, Penggunaan sumber daya alam secara berlebih-lebihan tanpa memperhatikan aspek peran dan fungsi alam ini terhadap lingkungan dapat mendatangkan berbagai macam bencana alam baik langsung atau tidak langsung.
Sebenarnya, dalam Paradigma islam, kesempurnaan manusia itu dapat dijelaskan dalam empat hubungan, yaitu hubungannya dengan Tuhan, hubungannya dengan dirinya, hubungannya dengan sesama manusia dan hubungannya dengan alam semesta. Dengan demikian, semakin baik keempat hubungan tersebut, maka manusia akan semakin tinggi dalam meraih kesempurnaan dirinya.
Manusia, dalam pandangan Islam sendiri adalah Khalifah di muka bumi yang harus menjaga dan melestarikan alam semesta. Islam mengajarkan bahwa alam semesta adalah amanah dari tuhan yang harus dipelihara dan dijaga keberlangsungannya hingga generasi mendatang. Dengan demikian, dia akan melepaskan motif-motif kepentingan pribadi dan kelompoknya demi kemaslahatan manusia dan alam semesta. Dia pun akan membatasi diri dalam kepemilikan pribadi dan penggunaan atas alam.
Dalam hukum Islam ada sebuah prinsip umum berupa kaidah yang berbunyi “Laa Dlororo Wa laa Dliroro” bahwa manusia siapapun dia tidak boleh merugikan atau merusak dirinya sendiri atau diluar dirinya baik manusia maupun alam lingkungan. Dengan demikian sebenarnya fiqh Islam mencegah secara langsung maupun tidak langsung atas terjadinya kerusakan lingkungan. Merusak dan mencemari lingkungan misalkan, bisa menyebabkan terjadinya berbagai masalah seperti problem kesehatan yang berdampak buruk bagi penghuni bumi. Untuk itu, Islam mengharamkan setiap tindakan yang merusak alam. Dalam Islam, kerusakan lingkungan juga mengakibatkan kerusakan sosial yang menyebabkan terjadinya perampasan terhadap hak jutaan orang bahkan seluruh penduduk bumi.
Koreksi diri untuk memperbaiki perilaku
Berangkat dari pemikiran di atas, sangat sulit untuk mengatakan bahwa semua musibah yang menimpa ini adalah ujian dan bukan teguran. Meski memang sebenarnya banyak di antara manusia, dengan dedikasi dan perjuangannya untuk alam dan lingkungan, sepertinya bukan sebagai sasaran musibah ini. Hanya saja, jumlahnya tidak sebanyak manusia yang egois dan menggunakan alam dan lingkungan sesuai keinginannya. Nah, kalau sudah dipastikan musibah ini adalah teguran bagi manusia, selayaknya diambil langkah-langkah berupa tindak lanjut yang berkesinambungan untuk memperbaiki perilaku kita masing-masing sebagai manusia. Mulai dengan memperbaiki hubungan kita dengan Tuhan kita, hubungan dengan sesama manusia dan hubungan dengan alam lingkungan kita. Paling tidak, jika hal tersebut bisa berjalan di masyarakat di sekitar kita, itu akan menjadi teladan bagi yang belum melaksanakan sehingga sedikit demi sedikit akan tercipta masyarakat yang betul-betul menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan tentunya masyarakat yang menjaga lingkungan.

Get notifications from this blog