GURU, SISWA DAN KAMPANYE PEMILU
Memasuki
masa-masa kampanye, akan terbayang di benak para guru di sekolah suasana
belajar mengajar tidak kondusif dan tidak nyaman, terutama sekolah yang dekat
dengan jalan raya. Ya, tidak kondusif karena pembelajaran tidak mungkin
berjalan dengan nyaman jika kondisi sekolah ramai dengan lalu lalang konvoi
kampanye yang dipastikan dengan motor-motor yang memakai knalpot bising.
Haruskah
diam? Tidak! Peran guru sebagai pendidik mengharuskan untuk melakukan tugas
memberi dorongan, mengawasi dan memberi pembinaan serta mendisiplinkan siswa
agar mereka menjadi patuh entah kepada aturan-aturan sekolah atau norma hidup
dalam keluarga dan masyarakat.
Nah,
mendisiplinkan inilah yang patut ditekankan ketika masa-masa kampanye seperti ini.
Bagaimana mengkondisikan mereka di dalam kelas sementara di luar kelas
(sekolah) ada ribut-ribut kampanye. Bagaimana agar mereka tetap bisa
konsentrasi di kelas sementara suasana di luar kelas lebih membuat penasaran,
dan masih banyak lainnya.
Yah,
menanamkan kepada siswa bahwa kewajibannya adalah belajar dan bukan malah
dengan santai mengalihkan pehatian ke asal suara kampanye atau malah sampai
berani keluar kelas bukanlah hal yang mudah. Apalagi seringkali kondisi siswa
tidak memungkinkan untuk bisa konsentrasi dengan pelajaran karena terlalu lelah
dengan panjangnya waktu belajar juga dengan kondisi psikologi yang seringkali
memaksa mereka untuk mengabaikan pelajaran di kelas.
Tapi
sebenarnya yang paling penting adalah bagaimana mengkondisikan masa depan yang
lebih baik. Bagaimana agar nanti di tahun-tahun yang akan datang tidak terjadi
lagi suasana kampanye yang menggangu. Sehingga label guru sebagai pembimbing
betul-betul dirasakan baik oleh pribadi siswa ataupun oleh masyarkat luas.
Tentunya
tugas pendidik sebagai pembimbing mengharuskan guru untuk bisa memberikan
pengertian kepada para siswa bahwa idealnya kampanye dilakukan tanpa ada efek
negatif pada masyarakat. Kampanye juga harus menjaga ketertiban umum dan sebisa
mungkin tidak merugikan pada masyarakat baik kerugian material ataupun kerugian
psikologis.
Proses
seperti ini memang membutuhkan ketelatenan dan pengetahuan yang luas karena
mengharuskan adanya dialog yang sedikit rumit mengingat kondisi dan cara para
pandang yang berbeda-beda dengan banyaknya siswa. Sehingga terlihat sekali
beratnya tugas seorang guru, karena menyangkut nasib dan masa depan sebuah generasi manusia.
Meski
memang masa kampanye sudah berakhir, tapi (konvoi) kampanye akan terus ada di
waktu yang akan datang. Entah itu di Pemilihan Presiden, Pemilihan Kepala
Daerah dan semua kegiatan yang bersifat
konvoi, semuanya membutuhkan peran guru sebagai pembimbing siswa yang
notabenenya menjadi generasi-generasi calon peserta kampnye.
Nah,
jika hal ini bisa dilaksanakan dengan maksimal oleh para guru dan betul-betul
dijiwai oleh para siswa , bukan tidak mungkin di tahun-tahun mendatang sudah
tidak terdengar lagi raungan-raungan bising dari konvoi kampanye atau paling
tidak hal itu hanya terjadi di beberapa tempat. Kita berharap dan berusaha,
amiin.
Get notifications from this blog