√ GURU, SISWA DAN KAMPANYE PEMILU - KANG INU



Jumat, 04 April 2014

GURU, SISWA DAN KAMPANYE PEMILU

Memasuki masa-masa kampanye, akan terbayang di benak para guru di sekolah suasana belajar mengajar tidak kondusif dan tidak nyaman, terutama sekolah yang dekat dengan jalan raya. Ya, tidak kondusif karena pembelajaran tidak mungkin berjalan dengan nyaman jika kondisi sekolah ramai dengan lalu lalang konvoi kampanye yang dipastikan dengan motor-motor yang memakai knalpot bising.
Haruskah diam? Tidak! Peran guru sebagai pendidik mengharuskan untuk melakukan tugas memberi dorongan, mengawasi dan memberi pembinaan serta mendisiplinkan siswa agar mereka menjadi patuh entah kepada aturan-aturan sekolah atau norma hidup dalam keluarga dan masyarakat.
Nah, mendisiplinkan inilah yang patut ditekankan ketika masa-masa kampanye seperti ini. Bagaimana mengkondisikan mereka di dalam kelas sementara di luar kelas (sekolah) ada ribut-ribut kampanye. Bagaimana agar mereka tetap bisa konsentrasi di kelas sementara suasana di luar kelas lebih membuat penasaran, dan masih banyak lainnya.
Yah, menanamkan kepada siswa bahwa kewajibannya adalah belajar dan bukan malah dengan santai mengalihkan pehatian ke asal suara kampanye atau malah sampai berani keluar kelas bukanlah hal yang mudah. Apalagi seringkali kondisi siswa tidak memungkinkan untuk bisa konsentrasi dengan pelajaran karena terlalu lelah dengan panjangnya waktu belajar juga dengan kondisi psikologi yang seringkali memaksa mereka untuk mengabaikan pelajaran di kelas.
Tapi sebenarnya yang paling penting adalah bagaimana mengkondisikan masa depan yang lebih baik. Bagaimana agar nanti di tahun-tahun yang akan datang tidak terjadi lagi suasana kampanye yang menggangu. Sehingga label guru sebagai pembimbing betul-betul dirasakan baik oleh pribadi siswa ataupun oleh masyarkat luas.
Tentunya tugas pendidik sebagai pembimbing mengharuskan guru untuk bisa memberikan pengertian kepada para siswa bahwa idealnya kampanye dilakukan tanpa ada efek negatif pada masyarakat. Kampanye juga harus menjaga ketertiban umum dan sebisa mungkin tidak merugikan pada masyarakat baik kerugian material ataupun kerugian psikologis.
Proses seperti ini memang membutuhkan ketelatenan dan pengetahuan yang luas karena mengharuskan adanya dialog yang sedikit rumit mengingat kondisi dan cara para pandang yang berbeda-beda dengan banyaknya siswa. Sehingga terlihat sekali beratnya tugas seorang guru, karena menyangkut nasib dan masa depan sebuah generasi manusia.
Meski memang masa kampanye sudah berakhir, tapi (konvoi) kampanye akan terus ada di waktu yang akan datang. Entah itu di Pemilihan Presiden, Pemilihan Kepala Daerah dan semua  kegiatan yang bersifat konvoi, semuanya membutuhkan peran guru sebagai pembimbing siswa yang notabenenya menjadi generasi-generasi calon peserta kampnye.
Nah, jika hal ini bisa dilaksanakan dengan maksimal oleh para guru dan betul-betul dijiwai oleh para siswa , bukan tidak mungkin di tahun-tahun mendatang sudah tidak terdengar lagi raungan-raungan bising dari konvoi kampanye atau paling tidak hal itu hanya terjadi di beberapa tempat. Kita berharap dan berusaha, amiin.

Get notifications from this blog