√ Guru dan Gadget - KANG INU



Senin, 31 Januari 2022

Guru dan Gadget


Semua sudah mafhum, tugas guru adalah mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih dan mengevaluasi pembelajarannya di sekolah dengan anak-anak didiknya. Iya, meski terlihat pekerjaan sebagai guru itu menyenangkan, ternyata pekerjaan tersebut membutuhkan kesiapan fisik dan mental yang kuat untuk menyelesaikan sederet tugas-tugas terkait yang tidak mudah. Dari keseluruhan tugas itu, tanpa mengecilkan tugas yang lain, yang paling berat dan membutuhkan tenaga ekstra adalah mengajar, membimbing dan mengarahkan anak didik untuk menjadi generasi penerus yang siap menjadi yang terdepan di persaingan global.

Kenapa paling berat? Karena di era yang hempir semua anak didik memiliki gadget, anak-anak terbiasa dengan sesuatu yang sifatnya audio-visual yang menarik sehingga mereka menganggap pembelajaran di sekolah tidak menyenangkan dan membosankan. Ditambah, di rumah selepas sekolah mereka  lebih suka menyibukkan diri dengan gadget entah itu hanya bersosial media atau berselancar mencari-cari apa yang mereka suka, sehingga apa-apa yang berkaitan dengan sekolah mulai dari tugas dan arahan lain dari guru akan menjadi nomer sekian dalam prioritas mereka.
Sebenarnya, gadget bukanlah sesuatu yang murni negatif. Gadget pada awalnya adalah suatu hal  positif yang diciptakan untuk membantu manusia berkomunikasi dengan mudah, meski pada akhirnya menjadi bumerang bagi anak didik yang belum bisa memisahkan positif dan negatif.
Beberapa hal yang harus dilakukan oleh seorang guru dalam menyikapi gadget terkait dengan tugasnya dalam berinteraksi dengan anak didik yaitu ; pertama, gadget bisa menjadi media pembelajaran yang menyenangkan dalam menyampaikan pelajaran, entah dengan membuat kanal youtube dengan menampilkan vlog edukasi atau pembelajaran yang bisa diakses oleh anak didik baik di rumah atau di manapun. Hal tersebut sangat memungkinkan dibuat oleh seorang guru karena tidak membutuhkan biaya yang banyak.
Materi edukasi bisa berupa materi pelajaran yang sudah dibuat dengan Power point yang kemudian dikonversi menjadi video yang bisa diunggah di kanal youtube yang sudah dibuat. Iya, alih-alih melihat sibuk dengan tontonan video yang sifatnya hanya hiburan, dengan kanal youtube yang disediakan oleh guru,  anak didik akan tergerak untuk melihat video yang sifatnya edukasi.
Pemanfaatan gadget untuk pembelajaran yang menyenangkan juga bisa  dengan membuat aplikasi kuis untuk anak didik dengan memanfaatkan semisal Appgeyser (Aplikasi pembuat aplikasi android) dengan membuat kuis yang menyenangkan dan membagikan tautan unduh kuis berbentuk aplikasi tersebut untuk diselesaikan di rumah yang bisa dipastikan akan lebih menarik dan menyenangkan bagi mereka dibanding tugas rumah yang berupa lembaran-lembaran soal. Dengan cara-cara tersebut paling tidak mengurangi aktivitas anak didik menggunakan gadgetnya untuk keperluan-keperluan negatif dan sibuk dengan hal-hal yang sifatnya edukasi.
Kedua, memanfaatkan kesukaan anak-anak dalam bersosial media untuk mengarahkan dan membimbing mereka. Hal ini bisa dilakukan dengan membuat grup whatsapp, grup facebook, grup BBM dan lain-lain entah dalam lingkup kelas, pembagian ekskul atau yang lebih besar dengan membuat grup sekolah. Media tersebut akan menjadi efektif jika ada obrolan dua arah baik murid dengan guru atau murid dengan teman-temannya entah itu mengobrolkan keluh kesah di rumah yang sifatnya konsultasi atau membicarakan materi sekolah yang belum dikuasai atau tugas –tugas yang belum diselesaikan.
Sebenarnya grup-grup tersebut tidak melulu hanya bisa untuk ajang curhat atau konsultasi, untuk media share materi pelajaran atau video motifasi dan atau edukasi juga bisa dilakukan mengingat seringkali anak didik lebih suka membuka social media disbanding youtube.
Ketiga, yang tidak kalah penting, selalu menekankan ke anak didik bahwa penggunaan gadget itu suatu keniscayaan yang tidak bisa dibendung yang harus disikapi dengan cerdas dengan menggunakannya hanya untuk keperluan-keperluan positif khususnya terkait dengan tugasnya sebagai peserta didik dan membatasi seketat-ketatnya penggunaan yang sifatnya hiburan semisal dengan memberlakukan jam bermain game hanya 1 jam dalam sehari.
Nah, dengan beberapa hal yang sudah disebutkan tadi, bukan tidak mungkin anak-anak akan mengerti bahwa tekhnologi bukan diciptakan melulu hanya bermain game dan sosial media negatif seperti mengobrolkan sesuatu yang tidak berguna atau malah membully teman-temannya. Yang lebih penting, mereka akan menganggap bahwa belajar ternyata juga bisa menyenangkan dengan video, kuis dan sejenisnya yang dibuat oleh guru mereka sehingga materi-materi pelajaran bisa mereka serap dan arahan-bimbingan dari guru juga bisa mereka terima karena disampaikan dengan sesuatu yang menyenangkan.Aamiin.

Diterbitkan di Solopos 9 Mei 2018

Get notifications from this blog