KONTROVERSI SI TANGGUH SUSI
Semenjak
pengumuman Kabinet Kerja pemerintahan Jokowi-JK, siapa yang tidak kenal dengan
sosok Susi Pudjiastuti. Jangankan di dunia Neters, ibu-ibu di pasar pun
sekarang mengenal sosok kelahiran pngandaran itu. Meski mengenalnya dengan cara pandang yang berbeda,
yang jelas beliau sekarang lebih dikenal daripada sosok menteri lainnya.
Yah,
ada mengenalnya hanya sebatas pribadi perokok berat dan bertato, dan ada yang
melihatnya sebagai sosok pekerja keras dan gila kerja. Yang jelas, beliau lebih
terkenal karena sisi wanita yang berani merokok di area publik dan wanita yang
diangkat menjadi menteri yang bertato.
Disinilah
awal mula kontroversinya yang melahirkan hujatan dan cacian padanya dan pada
presiden Jokowi yang semula sedikit berkurang setelah pengumuman presiden. Yah
maklum, mudahnya informasi disebarkan khususnya lewat Media Sosial menjadikan
berita ini seperti wabah Ebola yang dengan mudah menyebar di seantoro afrika
sana.
Sebenarnya
berbicara tentang sosok beliau itu sangat luas, begini saja, ketika di tengah
jalan ada seseorang yang tiba-tiba sepeda motornya bocor entah kena paku atau
apa, apa seharusnya yang dilakukannya? Yah, bahkan orang gila (?) pun akan tahu
dia harus ke TEMPAT TAMBAL BAN. Meskipun sebenarnya semua orang punya kemampuan
untuk menambal, tapi pasti tetap akan pergi ke tambal ban, tidak peduli dia itu
pakai baju oblong atau telanjang dada, berjenggot atau tidak, Shalat atau
tidak, bertato atau tidak. Yah, logika sederhana itu berangkat dari kesepakatan
umum bahwa ‘serahkan pekerjaan pada ahlinya’.
Pun demikian
dengan bapak Jokowi, menurut hemat penulis, beliau ingin dan sudah seharusnya
menyerahkan pekerjaan besar itu pada beliau yang memiliki Track record yang
bagus dalam bidang itu, tidak peduli dia itu merokok atau tidak, bertato atau
tidak, meski sebenarnya bisa saja pekerjaan itu diberikan ada sosok yang lain
yang lebih sedap{?} dipandang mata (Tidak bertato dan merokok ) tapi dengan
catatan pekerjaan itu akan mungkin lebih bisa dikerjakan oleh Susi disbanding oleh
yang lain, sama seperti bahwa semua orang pun bisa menambal ban.
Yah,
sebuah keharusan, meski memang sebaiknya jika melihat Tradisi dan Kultur serta
masyarakat mayoritas Indonesia yang memandang jelek terhadap rokok dan tato. Tapi
yang perlu digarisbawahi bahwa ini sebuah pekerjaan besar yang memerlukan
tangan yang ahli dan kompeten dibidangnya, meski akan lebih indah jika nanti
beliau ibu Susi betul betul bisa menghentikan kebiasaannya merokok (menurut
berita sekarang beliau sudah sedikit demi sedikit mengurangi) dan menghilangkan
tatonya. Yang jelas, sosok beliau adalah sosok hebat dengan sepak terjangnya
dan dianggap sebagai pribadi yang baik dimata orang disekelilingnya dan
termasuk salah satu yang berbakti pada orang tuanya (Tahu kan bapak jokowi
pernah memposting ibu susi sedang menggendong Ibunya?).
Akhirnya,
semuanya masih sebatas Seharusnya dan Sebaiknya yang seperti makan buah
simalakama. Kita ikuti saja sambil berbaik sangka dan terus berdoa untuk
kebaikan Indonesia secara keseluruhan dan ibu Susi pada khususnya. Toh takdir
Allah itu misteri, siapa berani memastikan beliau nanti tidak lebih baik dari
kita pada sisi kereligiusannya atau paling tidak kalau dia bekerja dengan baik
itu akan sangat-sangat lebih besar pahalanya daripada apa yang sudah kita
kerjakan dibawah mengingat efek yang lebih besar daripada efek pekerjaan yang
kita lakukan.
Selamat
bekerja bu Susi, yakinlah kami hanya baru melihat sedikit dari sisi hidupmu…
Get notifications from this blog