√ HARIMAU ITU BERNAMA MADRASAH - KANG INU



Senin, 28 Februari 2022

HARIMAU ITU BERNAMA MADRASAH

Berita tentang 3 siswa Madrasah ibtidaiyyah (MI) di kabupaten Semarang yang menjuarai Olimpiade Sains Nasional (OSN) 2015 tingkat kabupaten dan tidak diperbolehkan untuk maju ke OSN tingkat propinsi menjadi berita yang menarik perhatian masyarakat indonesia akhir-akhir ini.
Betapa tidak, belum hilang ingatan masyarakat akan kacaunya kondisi saat pemilu dan pilpres, masyarakat dibingungkan dan merasa semakin bingung dengan banyaknya masalah yang bertubi-tubi mulai dari harga BBM, kisruh KPK versus Polri, Kurs rupiah yang terus melemah dan banyak lagi kasus lainnya yang sangat mengecewakan.
Nah, dalam kondisi tidak mengenakkan seperti itu muncul kasus tentang 3 siswa pemenang OSN tingkat kabupaten Semarang yang tidak diperbolehkan maju ke tingkat Propinsi karena status mereka sebagai siswa-siswi madrasah yang oleh kompas diberitakan dengan istilah “Pembegalan”. Sontak publik yang sedang dalam kondisi psikologi tidak mengenakkan, meluapkan kemarahan mereka dengan tanpa kendali, malah cenderung kebablasan mengingat komentar-komentar mereka yang tidak lagi hanya dalam konteks pendidikan, tapi sudah membawa-bawa kalimat-kalimat seperti zionis, pemerintahan dzolim dan lain-lain.
Mungkin terlalu berlebihan memang jika dibahasakan dengan pembegalan, meski esensinya sama, yang jelas siswa –siswi itu tidak diperbolehkan maju ke tahap selanjutnya dengan alasan mereka adalah siswa-siswi madrasah ibtidaiyyah yang meski sama dan setingkat sekolah dasar tapi juknis dalam lombanya mensyaratkan pesertanya adalah siswa sekolah umum (bukan madrasah) dengan mengacu kesepakatan antara Kemendikbud dan Kemenag pada tahun 2009 yang memberi kewenangan pada kemendikbud untuk melaksanakan OSN dengan peserta siswa sekolah umum dan Kemenag untuk melaksanakan Kompetetisi Sains Madrasah (KSM) untuk siswa yang bernaung di kemenag (baca : madrasah).
Beruntung pada akhirnya Anies baswedan sebagai pemimpin tertinggi di Kemendikbud memberi sinyal positif dengan rencana membuka kepesertaan OSN untuk semua siswa baik dari kemendikbud, Kemenag atau pun dari dinas lainnya meski dengan tetap ada pengecualian pada sekolah dengan pembinaan khusus seperti sekolah olah raga dan lain-lain. Meskipun sampai sekarang belum ada kabar tentang ketiga siswa madrasah itu mengenai kelanjutan status mereka, yang jelas berita ini cukup memberi angin segar dan harapan untuk kalangan madrasah untuk mengikuti OSN di tahun-tahun selanjutnya.
Harimau yang terbangun
Kalau melihat sejarah pendidikan di Indonesia, sebenarnya madrasah adalah pioner institusi pendidikan yang bermula di surau atau masjid yang kemudian berkembang dengan tempat atau gedung tersendiri. Hanya saja, entah mengapa status mereka sebagai institusi pendahulu tidak serta merta menjadikan mereka menjadi terdepan dalam kemajuan dan bahkan cenderung selalu ada di belakang tertinggal jauh dari saudaranya yang diberi label sekolah, meski memang ada satu dua madrasah yang secara kualitas lebih baik dari sekolah tapi itu tidak serta merta menutup lebih banyaknya madrasah yang berkualitas tidak baik.
Kenyataan yang menunjukkan selalu dibelakang itulah yang akhir-akhir ini terlihat menjadi acuan mereka untuk kembali bangun dari keterpurukan dan tidur panjang mereka untuk menunjukkan bahwa merekalah pioner dan layak serta bisa menjadi terdepan dalam pendidikan.
Tidak usah jauh melihat ke kota Malang atau propinsi Aceh, di soloraya sendiri kenyataan itu sudah terlihat jelas di depan mata. Sukoharjo semisal, madrasah ibtidaiyyah sudah menjadi (maaf) momok bagi kalangan Sekolah dasar dengan kualitas mereka yang terlihat selalu lebih unggul di segala cabang, entah itu di Sains, Seni, Keparamukaan dan lini lainnya.
Kemajuan madrasah pun tidak berhenti di kualitas semata, soal kuantitas pun akan lebih mencengangkan lagi dengan prosentase siswa mereka yang lagi-lagi sangat menyengangkan. Di Sukoharjo semisal, ada MI N Jetis dengan seribuan siswa, MI N Sukoharjo dengan 900-an siswa, MI N Grogol di ujung selatan kabupaten Sukoharjo dengan 500-an siswa dan masih banyak lagi madrasah lainnya. Kuantitas itu akan sangat terlihat besar mengingat rata-rata sekolah tingkat dasar di Sukoharjo hanya di kisaran 150-an siswa dan bahkan untuk sekolah-sekolah tertentu hanya di kisaran 100-an siswa sehingga tahun-tahun ini banyak sekali terdengar kasus sekolah yang harus di re-grouping karena jumlah siswa yang tidak mencukupi.
Kemajuan ini sebenarnya adalah berita bagus di bidang pendidikan kita, khususnya sebagai ajang bersaing secara positif dan saling mendorong untuk maju. Konsep Coopetition yang diperkenalkan oleh John Forbesh Nash mulai tahun 1913 semisal, yang mengajarkan bahwa persaingan yang didasari semangat dan cara positif akan membuat berkembang pesaing kita sambil mengambil pelajaran kekuatan yang berharga dari mereka. Hanya saja sering kali hal ini dibaca sebagai ‘berita buruk’ bagi kalangan yang tidak menerima kenyataan dan hanya menginginkan posisi nyaman.
Pernyataan Anis Baswedan yang menyatakan bahwa keputusan membuka akses kepesertaan OSN untuk semua siswa tanpa memandang kementerian tempat sekolah mereka bernaung dengan harapan semakin menambah anak indonesia untuk berkesempatan belajar dan berprestasi melalui ajang kompetisi terbaik yang diadakan oleh kemendikbud setidaknya menjadi titik awal yang baik untuk mensinergikan kekuatan madrasah yang bangun dari tidurnya dengan kemampuan lebih sekolah umum untuk membangun kembali dan meneruskan cita-cita pendidikan indonesia untuk




Get notifications from this blog

1 komentar

  1. salam sahabat blogger semua...

    semoga dollar terus mengalir ke semua sahabat blogger semua..

    TERIMAKASIH...

    BalasHapus